BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Senin, 23 Januari 2012

PEMERKOSA "FUCK YOU!!"

 Akhir-akhir ini saya merasa tidak aman dengan keadaan di Negara saya. Birokrasi bobrok itu sudah biasa, premanisme dan perang antar warga kerap terjadi. Namun yang paling berat bagi saya yaitu mengenai PEMERKOSAAN. Tidak hanya pemerkosaan HAM, namun pemerkosaan ragawi oleh nafsu bejat pria yang tidak bertanggung jawab. Bayangkan berita-berita di media Ibu kota hampir setiap hari dan setiap kolom berisi mengenai berita pemerkosaan. Ini sungguh menyakitkan. Hukuman di penjara nampaknya tidak membuat jera para pemerkosa. Sehingga kasus serupa terus bermunculan. Pasal-pasal yang menurut saya terlalu ringan bagi sang perampas HAM seperti dibawah ini :


1. Pasal 285 KUHP
 "Barangsiapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang wanita bersetubuh dengan dia di luar perkawinan , diancam karena perkosaan dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun"
2. Pasal 286 KUHP
 "Barangsiapa bersetubuh dengan wanita diluar perkawinan padahal diketahuinya wanita itu dalam keadaan pingsan atau tidak berdaya ,diancam pidana penjara paling lama sembilan tahun"
3. Pasal 287 KUHP
(1)"Barangsiapa bersetubuh dengan wanita diluar perkawinan , padahal diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya bahwa umurnya belumlima belas tahun atau kalau umurnya tidak jelas , belum waktunya dikawin , diancam pidana paling lama sembilan tahun"
4.Pasal 288 KUHP
(1) "Barangsiapa dalam perkawinan bersetubuh dengan seorang wanita yang diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya bahwa yang bersangkutan belum waktunya dikawin , apabila perbuatan itu mengakibatkan luka-luka diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun
 5.Pasal 294 KUHP
 (1) " Barangsiapa melakukan perbuatan cabul dengan anaknya yang belum dewasa , anak tiri atau anak pungutnya , anak peliharaannya atau dengan seorang yang belum dewasa yang dipercayakan kepadanya untuk ditanggung , dididik atau dijaga atau dengan bujang bawahannya yang belum dewasa , dihukum penjara selama-lamanya tujuh tahun.
 (2) dengan hukuman serupa dihukum :
 (a) pegawai negri yang melakukan perbuatan cabul dengan orang yang dibawah perintahnya atau dengan orang yang dipercayakan kepadanya untuk dijaga
(b) pengurus , tabib , guru , pegawai , mandor (opzichter) atau bujang dalam penjara , rumah tempat melakukan pekerjaan untuk negri (landwerkinricting) , rumah pendidikan , rumah piatu , rumah sakit ingatan atau balai derma , yang melakukan pencabulan terhadap orang yang
ditempatkan disitu.
6.Pasal 297 KUHP
"Memperniagakan perempuan dan memperniagakan laki-laki yang belum dewasa dihukum penjara selama-lamanya empat tahun"


Menangislah wahai wanita.....sebab saya pun menjerit, Pasal-pasal yang ringan ini tidak seimbang dengan perbuatan BEJAT sang pemerkosa jalang!.







Hari minggu di waktu itu, ketika saya dan partner melewati Bunderan HI pukul 16.00 terlihat segerombolan wanita menggunakan rok mini dan membawa spanduk-spanduk besar. Salah satunya bertuliskan, KENDALIKAN NAFSUMU, BUKAN KENDALIKAN PAKAIANKU. Saya sangat tertarik mengikuti kegiatan ini, kemudian saya bergabung dengan mereka dan diberi kertas berisikan maksud dan tujuan aksi damai tersebut. Ya Aksi ini tidak lain juga untuk mengkritisi para pejabat negara (pemerintah) yang berkata seenaknya mengenai peristiwa pemerkosaan. Oknum pemerintah ini tidak sadar bahwa perkataannya memojoki kaum wanita. "Salah wanitanya lah, salah cara berpakaiannya lah yang terlalu mengundang.." hmm.. memang tidak salah pernyataan ini, namun tidak juga dapat dibenarkan. Bayangkan ktika marak terjadi peristiwa pemerkosaan (dan ada peristiwa dimana bayi berusia 9 bulan diperkosa), Apa pantas, Oknum/Tokoh yang diteladani Masyarakat berkata seolah-olah wanita dan cara berpakaiannya lah yang salah??Dimana hati nuraninya?Seharusnya beliau berpihak terhadap wanita. Kritik lah si Pemerkosa, salahkan keberingasannya, dan sifat binatang yang tiba-tiba keluar. Kalau yang disalahkan hanya dari sisi cara wanita berpakaian, otomatis akan terus memotivasi terjadinya pemerkosaan dan memberikan kemakluman (memaklumi) sifat nafsuan para lelaki hidung belang. NAUDZUBILLAH MIN DZALIK


Minggu, 15 Januari 2012

Where do you live? i live in CILEDUG


Ciledug adalah sebuah kecamatan di Kota TangerangProvinsi BantenIndonesia. Kecamatan ini dimekarkan menjadi beberapa kecamatan. Pertama kali pemekaran menghasilkan Kecamatan Pondok Aren (Tangerang Selatan), kemudian Kecamatan Karang Tengah, kecamatan Pinang dan kecamatan Larangan.
Kecamatan Ciledug memiliki terminal antar kota antar provinsi yang dikenal dengan nama Terminal Lembang. Masjid Agung Ciledug adalah sebuah ikon karena letaknya di perempatan jalan yang strategis di Ciledug.
Lokasi Ciledug sangat lah strategis. Untuk mencapai kota Tangerang Maupun Kota jakarta sangat mudah dijangkau. Di samping itu fasilitas yang dimiliki mulai dari rumah sakit, sekolah hingga pusat perbelanjaan sudah tersedia di sini.(WIKIPEDIA)

Ya, Ciledug, suatu area dimana Hampir seumur hidup saya dan keluarga habiskan di tanah ini. Sebuah area yang sedang berkembang serta memiliki mobilitas tinggi. Hari ini, dimana saya menulis di blog mengenai Ciledug, tepat saat pertama kalinya saya melihat sebuah spanduk besar bergambarkan apartemen yang besar dan bertingkat tepat diseberang pusat perbelanjaan carrefour- Ciledug Family mall (CBD). Yang ada dibenak saya saat melihat gambar tersebut adalah "wow" mau jadi seperti inikah ciledug nantinya. Saya takjub, karena tidak pernah saya bayangkan sebelumnya, apartemen besar yang sering dijumpai di kota Jakarta saat ini akan dibangun di Ciledug. 

Dalam hati saya, kalau Jakarta kota industri dengan mobilitas tinggi dimana kampus, sekolah, mall dan kantor berpusat dan tersebar di daerah situ. Sehingga dapat dipastikan sangat wajar bila banyak dibangun apartemen mewah disekitarnya. Nah, kalau ciledug.hmm..bukan bermaksud under estimate sih tapi banyak pertanyaan dibenak saya, sebenernya apa alasan akan dibangun apartemen megah seperti itu di daerah seperti ini. 

Saya tidak menyalahkan orang-orang bisnis yang memiliki rencana dalam pembangunan apartemen. Apalagi menyalahkan pemerintah daerah yang sudah membangun Ciledug dengan  matangnya (seperti suksesnya pembangunan semacam flyover depan CBD),Yang agak mengurangi titik macet di daerah tersebut. Tapi ada yang menganggu pemikiran saya. Mbok toh ya apa gak sebaiknya lebih fokus dalam memperbaiki sarana transportasi terlebih dahulu dan tidak sembarang memberi ijin pembangunan-pembangunan sentra bisnis. Seperti yang saya sudah alami semenjak tinggal di Ciledug. Banjir, Macet dan jalanan yang complicated (banyak angkutan dan bus yang ngetem sembarangan). Terlebih lagi mulai banyak pengembang membangun perumahan-perumahan sehingga wilayah ini sangat kurang tempat resapan air.  Ini hanya sekadar saran yang membangun lho, karena saya belum ingin pindah ke daerah lain dan tidak tahu daerah mana yang rasa kekeluargaannya sangat tinggi seperti di Ciledug

Jumat, 13 Januari 2012

Kemerdekaan untuk Pasar Tradisional


Cermin demokrasi

Demokrasi diambil dari bahasa Latin, demos yang berarti rakyat dankratos yang berarti hukum atau kekuasaan. Jadi demokrasi adalah hukum dan kekuasaan rakyat, dan dibahasakan dalam Undang Undang Dasar RI dengan “Kedaulatan berada di tangan rakyat”.

Birokrasi adalah alat kekuasaan bagi yang menguasainya, dimana para pejabatnya secara bersama-sama berkepentingan dalam kontinuitasnya. Ditinjau dari sudut etimologi, maka perkataan birokrasi berasal dari kata bureau dan kratia (Yunani), bureau artinya meja atau kantor dan kratia artinya pemerintahan. Jadi birokrasi berarti pelayanan yang diberikan oleh pemerintah dari meja ke meja. Max Weber memandang Birokrasi sebagai suatu istilah kolektif bagi suatu badan yang terdiri atas pejabat-pejabat atau sekelompok yang pasti dan jelas pekerjaannya serta pengaruhnya dapat dilihat pada semua macam organisasi.

Ya, saat ini telinga kita sangat tidak asing dengan kata Demokrasi dan Birokrasi. Baik dari golongan bawah, menengah dan atas membicarakan mengenai hal ini. Dalam segala aspek kehidupan kita menemukan makna dari kata ini. Namun, Saya bingung dengan keadaan saat ini, kita (orang-orang) yang berteriak-teriak heboh mengenai demokrasi serta kebobrokan birokrasi, hendak nya kita harus bercermin, birokrasi mana yang dimaksud, kelas mana yang hendak dibela. jangan sampai ramai-ramai berkelompok turun dijalan, namun tidak tahu makna dan esensi dari aksi yang dilakukan.

Kita masyarakat Indonesia banyak yang merasa kesal dan ikut bersedih ketika pedagang kaki lima serta tukang sayur mayur (pasar tradisional) terpaksa harus digusur untuk pembangunan supermarket ber AC yang lebih besar dan modern. Namun ketika kembali dalam kehidupan rumah tangga khususnya mengenai pangan. Kita pula lah yang lebih memilih datang ke Supermarket ramai-ramai bersama keluarga. Mungkin karena lebih bersih ,lebih nyaman dan alasan lainnya. Kita pasrah untuk tidak menawar dan dengan senang hati  membayar pajak dari apa yang kita beli di super market tersebut. 

Namun kita membuat perbedaan perlakuan terhadap tukang sayur yang lewat depan rumah kita. Kita menawar nya habis-habisan. Bayangkan, padahal apa yang dibawa oleh tukang sayur tersebut adalah hasil alam Indonesia, pedagang sayur pun mendapat keuntungan tidak seberapa. Tapi masih saja ditawar dengan harga murah. tidakkah kita  terlalu tega, menawar harga terhadap tukang sayur dan buah yang besok pun kalau tidak habis terjual, akan busuk.

Setidaknya melalui tulisan ini saya ingin mengingatkan kepada diri saya  sendiri maupun semua pihak. Serta dari semua golongan untuk lebih konsisten terhadap apa yang kita lihat dan rasakan, sejauh mana kita mengerti arti demokrasi sehingga mempengaruhi tindakan kita dengan jelas, apa tujuan kita membela dan siapa yang harus dibela.

Ya, untuk negri yang kaya, arti merdeka itu ternyata masih sederhana, lebih baik belanja di tukang sayur (pasar tradisional) dengan tidak menawar. Daripada belanja di Supermarket luar yang ber AC dan terkena pajak.

Selasa, 10 Januari 2012

it's about RESPECT




Bulan mei 2010, saya ingat betul terhadap kesibukan yang sedang saya lakukan bersama teman-teman satu angkatan di Kampus, yaitu mengerjakan Skripsi. Saya berusaha mencari suatu permasalahan yang dapat dijadikan objek penelitian dalam skripsi saya. Sayangnya, saya telat untuk mengetahui kasus ini, saya baru membaca beritanya ketika skripsi sudah hampir selesai. Diantara kita pasti merinding membaca judul disertai foto diatas ( Ini saya dapatkan melalui suatu situs berita online -POSKOTA). Suatu kasus yang bukan hanya menyayat hati namun juga mengiris naluri. Bocah perempuan pengidap autis pasif di kurung hanya gara-gara sering merusak perabotan rumah. Saya rasa dibelahan dunia manapun tidak akan ada orangtua yang tega atau berbuat nekad untuk mengurung puterinya di dalam jeruji besi, apalagi mengetahui fakta bahwa anak tersebut mengidap autis. Peristiwa yang sangat menohok, suatu dilema di dalam negeri ramah tamah. 

Sementara kasus ini berlalu, ada hal lain di luar sana yang ingin saya kritisi. Penggunaan kata autis yang dibuat sebagai salah satu bentuk HUMOR. Ya, remaja atau siapapun itu, banyak yang menggunakan kata Autis sebagai bahan bercanda untuk mengatai temannya yang sedang sibuk sendiri sebagai autis. Atau malah menjuluki dirinya sendiri, bahkan sebagai nama album foto. Ironis sekali. 

dari semua tulisan ringan saya seperti diatas,saya hanya ingin mengingatkan kepada teman-teman untuk
STOP dalam menggunakan kata Autis sebagai bahan Humor!!!!!!!. Sama sekali tidak lucu. Kita semua sama, we were made by God. it's about Respect. Sejauh mana lo mencintai mereka, sedalam itu pula kau mencintai TUHAN.

Minggu, 08 Januari 2012

INDONESIAN and "ORIGINALITY"


Cantik, entah kapan terakhir saya meng-googling untuk mendapatkan makna secara harfiah dari kata "cantik" ini. Setiap orang bebas menafsirkan suatu hal, termasuk kata :cantik. Cantik itu abstrak, cantik itu relatif. Sama seperti seni, yang bisa dipandang dari berbagai sisi. Cantik tidak bersifat mutlak. Namun hal ini berbeda dengan kenyataan di peradaban ini.  Saya tidak ingin menulis hal yang berkaitan dengan SARA, karena saya sangat menjunjung tinggi nilai dan arti dari PERBEDAAN. 

Tidak mengherankan mengenai fenomena yang ada saat ini, ketika kita melihat generasi remaja (puber) terlihat sama. Sama, dalam artian cara dandan (bersolek), cara berpakaian, sama-sama bersikap lebih dewasa dibanding umurnya. Ya, semua terlihat sama secara keseluruhan . Kita lihat di mal-mal besar ibukota, pemandangan terlihat sama, remaja dan yang tua berpakaian sama. Semua hal yang sedang trend saat ini benar-benar diikuti secara serempak (contoh, gigi berbehel, gaya rambut belah tengah, suntik putih  Kehidupan instan dan dinamis, sambil membawa tas belanja bermerk dari luar)

 Ada apa dengan remaja saat ini?Tentunya mereka berhak untuk berkreasi terhadap gaya busana dan tata cara mereka berpenampilan. Namun apakah tidak terasa aneh ,saat mereka semua terasa sangat sama, bahkan terlihat homogen (tidak ada bedanya sama sekali). Pernyataan saya mungkin agak meyentil, namun hal ini benar-benar yang saya rasakan saat ini. Fashion begitu kuat, berarak dan melekat, sehingga bisa diibaratkan seperti perfum (eu de perfume) yang disemprotkan, sehingga bisa dengan mudah dhirup oleh siapa saja dan bertahan di penggunanya. 

Teknologi sangat canggih, sehingga kita dengan mudahnya mendapat informasi dari belahan dunia manapun. Termasuk mengenai fashion. Hal yang sangat saya sesalkan dari kemajuan teknologi yaitu timbulnya suatu paham dari segelintir orang tertentu yang memaknai kata "cantik". Mereka lalu memberikan ide advertorial yang tidak disadari menggeser pemaknaan kata cantik menjadi klasifikasi yang sempit makna

Ya, banyak kita lihat di iklan, cantik itu putih, cantik itu bertubuh langsing, cantik itu tidak berjerawat. Dan kasarnya lagi, mereka tidak segan-segan menggunakan model pembanding seperti, orang yang betubuh tambun, atau orang yang berkulit hitam , untuk memberikan point bahwa "yang putih itu loh yang cantik",  "yang kurus itu loh yang cantik". Hal seperti ini banyak dijumpai pada kehidupan nyata kita. Saya ingin sekali tahu, siapa orang atau market dibalik itu semua. Kita , anak bangsa, tentu tahu perbedaan adalah hal yang indah, kita Indonesia, terdiri dari ribuan pulau, kita anak-anak Indonesia yang dari dulu berperawakan beda, berwarna kulit beda. Bukankah seharusnya itu yang bisa kita gunakan untuk menyatukan kita. Bukannya  market tertentu yang kita banggakan, market tertentu yang mengartikan kata cantik dari sosok "barbie"buatan negara luar. Sungguh kita telah dihipnotis oleh peradaban luar. Saya tidak membicarakan mengenai "world need originality" karena jangkauannya terlalu luas.Dan saya sebagai salah satu anak bangsa yang tidak rela suatu market merubah paradigma kita, memutus tali kebersamaan hanya karena perbedaan fisik diantara kita. Itu hal yang menyakitkan, bukan?.

saya ingin sekali menepuk pundak teman-teman, agar kita semua bangun, dan lebih peka terhadap suatu market yang menggiring kita , CANTIK ITU ORIGINAL, ANUGERAH DAN MAHAKARYA. Kita bukanlah Barbie dan indonesian need ORIGINALITY. Be confident, Be original and BE YOU!!!

Saya hanya berharap suatu saat anak dan cucu saya bisa mendapat tempat yang menerima mereka seperti kedaan mereka sebenarnya. Manusia unik, anak-anak kecil yang lucu yang tidak ditempel baterai. Dan bersolek menjadi kegiatan lain dimana fokus utamanya: PENDIDIKAN .

SO,WHAT CAN I DO ?


Di pertengahan November tahun lalu (2011), negara kita dikejutkan oleh berita yang tidak menyenangkan. Penyiksaan sadis dan pembunuhan Orang utan. Dan sekali lagi, saya hanya bisa mendengar dan melihat hal tersebut dari kejauhan (media). Saya merasa janggal dan tidak bisa berbuat banyak atas hal tersebut. Dan memang karena tidak tahu harus melakukan apa. Saya merasa ada pihak yang lebih bertanggung jawab atas terjadinya hal ini dan mengusut nya sampai tuntas. Saya sering dilanda dilema, banyak hal terjadi disekitar saya, tanpa ada upaya apa-apa dari saya

Namun saya menolak bila dibilang apatis, karena pada kenyataannya pun banyak manusia yang merasa seperti saya. Dalam kondisi ingin menolong namun tidak tahu harus memulai dari mana dan harus berbuat apa. Seperti beberapa tahun lalu, saat saya masih aktif menjadi mahasiswa di Perguruan tinggi swasta, saya melihat adanya ketidakadilan dari korban lumpur lapindo. Saya hanya bisa meratapi dari jauh, teman-teman saya pun tidak bisa berbuat banyak. Hal ini hanya dibicarakan melalui materi-materi perkuliahan, tanpa adanya solusi nyata yang menghubungkan kita langsung dengan korban atau kejadian tersebut. Semua berlangsung sama dan lama, Ketika ada ketidakadilan terhadap para pengamen cilik (siswa SD) yang di penjarakan karena bermain judi-judian menggunakan uang ratusan perak . 

Selain itu, di wilayah lain, ada seorang nenek renta, yang dpenjara karena mencuri kakao.

 Lalu apa yang bisa saya perbuat? apa yang bisa teman-teman saya perbuat??

apakah hal ini akan terus-terusan hanya jadi bahan pembahasan pada materi perkuliahan? tanpa kita dididik untuk melakukan suatu revolusi penegakan keadilan hukum dan HAM atas kasus-kasus tersebut. Saya tidak mengerti, yang jelas saya  salut terhadap mahasiswa pejuang HAM yang berdemo di jalan. Mengkoordinasikan lapangan, serta Menyiapkan kobaran semangat di JIWA bahkan raga (semangat juang teman kita : RIP SONDANG).

Rabu, 04 Januari 2012





PERMAINAN TRADISIONAL






GENERASI ITU MASIH ADA

Wakwak gung nasinya nasi jagung lalapnya lalap kangkung...pit alaipit kuda lari kejepit...” tentu kita masih ingat penggalan lirik lagu tersebut. Ya, itu adalah lagu dari salah satu permainan tradisional di Indonesia. Selain dimainkan secara bersama-sama, permainan ini dapat mengembangkan kreatifitas serta memupuk kebersamaan dan solidaritas antar kawan. Berlari-lari dan tertawa, hal ini tergambar jelas  saat anak-anak bermain permainan tersebut.

 Namun saat ini, hal tersebut jarang ditemukan. Hampir sebagian besar anak-anak larut dalam kecanggihan teknologi. Mereka disuguhkan hal-hal menarik dari dunia maya yang justru lambat laun dapat mengikis kreatifitas mereka. Tidak hanya itu, kebiasaan anak- anak sekarang yang tidak lepas dari ponsel ataupun internet, dapat menimbulkan sikap ansos (anti sosial) yang tentu berdampak kurang baik dalam tumbuh kembang anak. Permainan portable salah satunya. Permainan praktis ini membuat anak tidak sadar dan tidak peduli dengan lingkungannya.  Kesenangan yang didapat dari permainan canggih semacam ini adalah kesenangan individual. Mereka asik sendiri terhadap dunianya. Tentu hal ini jauh berbeda apabila mereka bermain permainan tradisional. Selain memupuk  solidaritas antar kawan, tentunya anak-anak juga belajar  untuk melestarikan kebudayaan Indonesia, yatu permainan tradisional.  

Melihat realita yang ada, permainan tradisional sudah sangat langka.  Anak-anak Indonesia kini jarang ada yang memainkannya. Namun ternyata di perbatasan Kota Jakarta, anak-anak masih terlihat asik bermain permainan tradisional.  Ketika ditemui, anak-anak kecil yang tinggal di daerah Ciledug itu bekumpul dan tertawa sambil berlari-lari. Saat ditanyakan mengenai kesenangannya dalam bermain permainan tradisional, Denny bocah berusia 9 tahun menjawab, bahwa ia mengenal permainan tersebut dari ayah dan ibunya serta teman-teman di Sekolahnya. Ya, melestarikan permainan Tradisional adalah tanggung jawab kita bersama. Hal ini pun tidak lepas dari peran orangtua, dimana keluarga menjadi lingkungan primer yang mempengaruhi kepribadian dan tumbuh kembang anak. Dengan begitu, Indonesia tidak akan kehilangan generasi penerus permainan tradisional.


Selasa, 03 Januari 2012

Saya temukan catatan ini saat ku menganggur :)



lihat aku Mr. Susilo

Saya bukan tipe aktivis frontal yang menyerang birokrasi dengan segala argumen yang menyentil titik lemah birokrat untuk mendapatkan demokrasi yang nyata. 

Saya adalah manusia yang baru saja 2 bulan mengecap status sebagai pengangguran. ya...saya adalah pengangguran. Entah apa yang ada di benak saya, ketika 5 tahun lalu saya asik memakan bangku kuliah dan mendapati teman-teman yang bernasib seperti saya saat ini. Perasaan yang sangat menyiksa sekali. Saya hanya bertengger di depan laptop dan menaruh lamaran di perusahaan-perusahaan besar yang ada di negeri saya.

Lelah sekali, Anda harus baca ini pak susilo, "saya yang memilih anda waktu pilpres diselenggarakan. Saya yang menaruh gambar tempel seukuran kartu tanda penduduk berisikan foto anda di depan pagar rumah saya. Lalu bagaimana saya menghubungi anda, bertemu pun saya tidak pernah. Saya ingin anda tahu, rasanya menjadi pengangguran itu seperti ingin bunuh diri". Saya ingin ah..seandainya saja tidak ada kurikulum yang mengharuskan saya mencari kerja setelah lulus sekolah atau lulus kuliah.